LOMBA CERPEN PAC IPNU IPPNU GUNUNGWUNGKAL PATI




BIODATA
Nama                           : M. Lintang Maulana Zulfan
Tempat, tanggal lahir  : Pati, 27 Juni 2005
Alamat                        : Jl. Gunugwungkal-Tlogowungu, Sidomulyo, Gunungwungkal, Pati
Jenis kelamin               : Laki-laki
Agama                         : Islam
Kewarganegaraan       : Indonesia
Sekolah                       : SMPIT Ittihadul Muwahidin
Alamat sekolah           : Jl. Pati-Kudus KM 6, Sukokulon, Margorejo, Pati
Nomor telepon            : 082334794225 (Telepon seluler)
Alamat surel                : lintangmaulanazulfan@gmail.com
Blog                            : lintangmz.blogspot.com
Hobi                            : Membaca
RIWAYAT PENDIDIKAN
-          SD Negeri Sidomulyo 01, 2011-2017










MAIN HP EVERYDAY
                   “Kring…”, bel sekolah berbunyi dan para siswa segera memasuki kelas mereka masing-masing. Termasuk Encer, salah satu seorang siswa di sekolah itu. Dia memasuki kelas dengan badan penuh keringat yang bercucuran di tubuhnya setelah olahraga, lalu duduk dan meminum air di botol yang ia bawa dari rumah. “Glek… glek…”, suara Encer ketika sedang meminum air dari botol. Seorang anak yang duduk bersebelahan dengannya lalu duduk dan bercerita kepada Encer tentang HP barunya yang dibelikan orang tuanya kemarin, “Encer, aku punya sesuatu yang baru, lho!”, lalu Encer bertanya, “Apa itu?”, anak itu lantas menjawab, “Kemarin aku dibelikan HP baru dari ibuku, canggih sekali! Aku bisa bermain game sepuasnya seharian penuh tanpa perlu panas-panasan bermain di lapangan sana.”, jawab Kental, nama anak itu. “Oh iya? Bolehkah aku ikut main bersamamu pulang sekolah nanti? Aku penasaran tentang HP barumu itu! Aku juga sering melihat orang-orang menggunakannya.”, kata Encer. Kental menjawab, “Tentu saja boleh, apalah yang tidak boleh untuk sahabat sejati dan teman sebangkuku, hehehe. Nanti kamu datang saja ke rumahku setelah pulang sekolah. Dijamin kamu bakal suka deh!”. “Baiklah, aku akan ke rumahmu siang nanti setelah pulang sekolah.”, jawab Encer. Tiba-tiba terdengar suara langkah pak Guru menuju kelas, “Plok… plok… plok…”. Semua siswa langsung merapikan diri dan menyambut pak Guru ketika masuk kelas, “Selamat siang pak Guru!”. “Selamat siang anak-anak! Pelajaran kita siang kali ini adalah TIK.”, kata pak Guru sambil meletakkan buku-buku di meja lalu duduk di kursi Guru.

              Beberapa saat kemudian, “Kring…”, bel sekolah berbunyi menandakan pelajaran telah selesai. “Anak-anak, pelajaran kita hari ini sudah selesai. Semoga bermanfaat bagi kalian semua.”, kata pak Guru sambil membereskan buku yang ada di mejanya. Anak-anak juga membereskan  buku-buku pelajaran mereka dan memasukannya ke dalam tas. Mereka berdiri dan merapikan kursi mereka lalu berbaris satu persatu dan bersalaman dengan pak Guru. Ada dari mereka yang dijemput dan ada juga yang menggunakan sepeda. Encer dan Kental sama-sama menggunakan sepeda untuk berangkat dan pergi ke sekolah. Siang itu, mereka beriringan naik sepeda menuju rumah masing-masing. Ketika sampai di jalur yang berbeda menuju rumah, “Sampai ketemu nanti siang ya!”, salam mereka sambil melambaikan tangan.

                        Sesampainya di rumah, Encer lalu bergegas dan terburu-buru ganti baju dan meletakkan tas. Tanpa basa-basi dia langsung menginjak pedal sepedanya dan berangkat menuju rumah Kental yang kebetulan tidak jauh dari rumahnya. “Encer! Nggak makan dulu nak?”, teriak pak Susu, ayah Encer kepada Encer yang semakin menjauh. “Petok… petok…”, suara ayam yang menghindari Encer yang sedang melaju kencang dengan sepedanya dan jemuran yang berterbangan di belakangnya.

                  “Ciitt…”, suara rem sepeda Encer ketika sampai di rumah Kental. Kental saat itu sudah asyik memainkan HP barunya. “Ting tong…”, suara bel rumah Kental ketika Encer menekannya. Bu Manis, ibu Kental segera membukakan pintu, “Oh, nak Encer ya! Mari masuk, Kental sedang main di dalam”, sambut Bu Manis. “Selamat siang, bu! Permisi!”, kata Encer sambil mengikuti Bu Manis masuk ke dalam. “Kental, ada temanmu Encer nih!”, panggil Bu Manis. “Iya, bu!”, jawab Kental dengan berjalan sambil memainkan HP barunya. Kental berjalan sangat lambat karena terlalu asyik dengan HP barunya, sampai Encer harus rela berdiri lama sampai dipersilahkan duduk. “Oh, Encer! Silahkan duduk!”, sambut Kental dan mempersilahkan Encer yang sudah berdiri menunggu Kental yang berjalan sambil main HP selama sejam dari kamar ke ruang tamu. Encer lalu duduk, “Oh! Itu HP barumu ya! Bagus sekali! Boleh lihat-lihat?”, tanya Encer yang sedang memperhatikan Kental yang asyik memainkan HP barunya. “Kental? Kental?”, panggil Encer kepada Kental yang tidak menoleh dari HP barunya dengan terus memperhatikan dan menatapnya dengan bibir ‘mancung’. “Oh? Iya, ada apa Encer? Ini aku tunjukkan HP baruku”, jawab Kental lalu duduk di samping Encer sambil menunjukkan HP barunya kepada Encer. “Bolehkah aku pinjam? Aku tertarik dengan HP barumu ini!”, minta Encer. “Boleh, boleh, tentu saja!”, jawab Kental sambil menyerahkan HP barunya itu kepada Encer.

                      Jam demi jam telah berlalu, dan hari telah sore. Encer pamit pulang kepada Kental, “Aku pulang dulu ya! Besok aku mau ke sini lagi!” “Boleh, boleh, silahkan ke sini kapan saja kamu mau!”, tawar Kental. “Terima kasih banyak! Udah sore nih! Pulang dulu ya!”, teriak Encer sambil berlalu dengan sepedanya menuju rumah. Sesampainya di rumah, terdengar musik keroncong dari perut Encer. “Aduh, perutku udah keroncongan nih! Udah 3 hari belum makan.”, keluh Encer sambil menuju ke meja makan. “Nah! Akhirnya udah pulang juga nih anak! Udah seminggu belum makan”, sambut pak Susu. “Bukannya 3 hari, Yah?”, tanya Encer kepada ayahnya. “3 hari apanya? Udah seminggu kamu tuh nggak makan! Makan dulu sana!”, jawab pak Susu. Encer lalu segera makan dan mandi. Setelah semua urusan selesai, dia bertanya kepada ayahnya, “Yah! Tadi Kental punya HP baru dari ibunya, canggih dan bagus sekali! Tadi aku meminjamnya, terus...” “Terus apa?”, tanya ayah Encer. “Ayah mau nggak membelikanku HP juga?”, tanya Encer dengan wajah (sok) imutnya. Ayahnya menjawab, “HP? Ayah pikir-pikir dulu ya! Lain kali mungkin akan ayah belikan” “Semoga ayah mau membelikanku HP baru... Hahh...”, gumam Encer. 

                      Hari demi hari berlalu, di sekolah, Encer dan Kental selalu bercerita tentang HP, HP, dan HP dan setiap pulang sekolah pasti main HP bareng punya Kental. Dan karena asyik bercerita di sekolah, Encer sekarang mulai jarang olahraga di sekolah.
Beberapa minggu kemudian, saat pulang dari sekolah, Encer terkejut melihat sebuah kotak HP yang masih baru di atas meja kamarnya. Saat pak Susu pulang, Encer bertanya kepadanya, “Ayah! Itu kotak HP baru milik siapa ya?” “Milik siapa lagi kalau bukan milik orang yang tidur di kamar itu.”, jawab pak Susu. “Terima kasih banyak, Ayah! Encer senang sekali punya HP baru seperti punya Kental!”, teriak Encer berterima kasih kepada ayahnya. “Kerja lembur bagai kuda, sampai lupa orang tua, eh... anak.”, gumam pak Susu sambil bernyanyi di dalam hati dan bersyukur tidak dipalak preman.

                 Keesokan harinya, kebetulan Encer dan Kental sampai di sekolah pada waktu yang sama. Mereka langsung saling menyapa satu sama lain, “Selamat pagi!”. Sesampainya mereka di kelas, mereka langsung bercakap-cakapan tentang HP dan HP. Dan kali ini Encer memberi tahu tentang HP barunya. “Kental, aku punya kabar gembira untuk kita semua! Ayahku kini memberiku HP baru!”, kata Encer sambil menyanyi. “Iyakah? Baguslah kalau begitu! Kita bisa main bersama tiap hari! Kita bisa main game “Mobil Legendaris” setiap hari.”, kata Kental sambil menunjukkan perasaan bahagia. “Kring...”, tiba-tiba bel sekolah berbunyi, menandakan pukul 7. Anak-anak segera berbaris di depan kelas masing-masing dan bersalaman dengan Guru lalu masuk ke kelas.  

                     Siang harinya, saat pulang sekolah, Encer lalu bergegas dan terburu-buru ganti baju dan meletakkan tas. Tanpa basa-basi dia langsung menginjak pedal sepedanya dan berangkat menuju rumah Kental untuk main bareng dengannya. “Encer! Nggak makan dulu nak?”, teriak pak Susu dan kejadian ke-236 kalinya kepada Encer yang langsung lari setelah pulang sekolah dan akan pulang lagi ke rumah pada sore hari. Seperti biasa, jemuran dan ayam berhamburan dan berlarian, pencet bel, dibukakan bu Manis, masuk rumah Kental, menunggu Kental sampai sejam, lalu main bareng lagi. Tapi kali ini, masing-masing mereka sudah mempunyai HP sendiri-sendiri dan mereka bermain bersama melalui HP mereka sendiri. Game “Mobil Legendaris” adalah game yang selalu mereka mainkan setiap hari. Tiap waktu, detik, menit, dan jam pada siang hari mereka selalu dihabiskan untuk hal-hal semacam itu. Apalagi kalau hari libur, dari matahari terbit sampai matahari terbenam selalu dihabiskan juga untuk hal-hal seperti itu. 

                        Hari berganti hari, bulan berganti bulan, selalu saja dihabiskan untuk main HP bersama. Encer dan Kental yang dulu selalu bermain bersama di lapangan, tapi mereka yang sekarang selalu bermain bersama di rumah Kental. Sampai-sampai pak Susu heran dengan Encer karena beberapa bulan terakhir dia tidak makan. Tiap hari seluruh makanan di meja makan dan beberapa gelas Susu Kental Manis bertekstur Encer hanya pak Susu saja yang menghabiskannya.
Dan pada suatu hari saat hari libur, saat Encer terbangun dari tidurnya untuk beristirahat dari kelelahan setiap hari, Encer merasakan sakit pada bagian matanya. Dia mengusap matanya tapi tidak juga membantu mengurangi rasa sakit. Dan dia biarkan begitu saja dan segera beranjak dari tempat tidur menuju suatu tempat, ya... biasa... main HP pasti setelahnya. Tapi lama-kelamaan sejak dia main HP tadi, dia merasa rasa sakit pada matanya kian bertambah dan terus bertambah dan pada akhirnya dia bilang kepada ayahnya, “Ayah! Mataku terasa sakit sekali! Tolong aku!” “Ada apa nak? Waduh! Gimana ceritanya ini! Ya udah, ayah bawa ke rumah sakit saja ya!”, kata pak Susu sambil panik menghampiri Encer. “Terserah ayah! Yang penting cepat! Mataku cepat diobati!”, teriak Encer sambil menahan rasa sakit pada matanya. Pak Susu segera menggendong Encer dan membawanya masuk ke dalam mobil dan segera menghidupkan mesin mobilnya. “Cepat Ayah!”, teriak Encer yang sudah tidak tahan dengan rasa sakit itu. “Sabar nak! Ayah sudah cepat! Ini semua juga ulahmu yang setiap hari main HP tanpa henti sampai lupa makan dan lupa rumah. Lagi pula kapan terakhir kali sejak kamu makan?”, tanya Ayah sambil menjalankan mobil menuju rumah sakit terdekat. “Gak usah banyak tanya, Yah! Mungkin sudah 4 bulan aku tidak makan, yang penting ayah cepat jalannya!”, kata Encer yang masih menahan sakit pada matanya. “Astaghfirullahal’azhim astaghfirullahal’azhim, kerja lembur bagai kuda... eh salah... bangsane opo bocah iki?”, gumam pak Susu sambil keheranan dengan anaknya dan selalu terbayang lagu kasidah iklan Ram*ya*a yang sedang viral dengan seorang ibu berada di dalam magic jar. Encer selalu menahan rasa sakit pada matanya sepanjang perjalanan, dan akhirnya tiba di Rumah Sakit Frisian. Pak Susu menggendong keluar Encer dari dalam mobil dan menuntunnya berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Lalu Encer segera diperiksa dan diobati.
                                Demikian pula yang terjadi pada Kental, ia juga mengalami sakit pada matanya saat bangun tidur. Dan seperti yang dialami Encer, dia mengeluh ke Bu Manis dan seketika itu juga ibunya membawanya ke Rumah Sakit Flag. Di sana dia diperiksa dan diobati seperti halnya yang dialami Encer. Dan yang mengejutkan adalah mereka berdua harus memakai kacamata.
“Ayah! Apakah aku harus memakai kacamata seperti ini? Ini akan membuatku kesulitan!”, keluh Encer kepada ayahnya. “Salah siapa juga? Ini akibat kamu main HP setiap hari! Ya harus berani tanggung akibatnya lah! Masa ayahmu yang harus pakai kacamata?”, jawab pak Susu dengan perasaan campur antara sedih dan lega karena anaknya telah sadar dengan akibat dari perbuatannya itu. Encer merasa sedih dan berpikir mungkin dia akan malu untuk pergi ke sekolah besok.

                             “Ibu menyesal telah membiarkanmu bermain setiap hari! Seharusnya ibu beri batasan waktu untuk kamu bermain.”, sesal bu Manis. “Aku juga menyesal, Bu! Aku tidak mau pakai kacamata! Aku ingin mataku sehat kembali.”, keluh Kental kepada bu Manis. “Ini juga akibat dari perbuatanmu! Seharusnya kamu juga sadar akan peranmu sebagai pelajar yaitu belajar! Pelajar kok isinya cuma main “Mobil Legendaris” terus.”, nasihat bu Manis. “Iya ya, Bu! Mulai sekarang aku kurangi waktuku bermain HP! Aku ingin cepat sembuh!”, sesal Kental terhadap perbuatannya.
Setelah membayar semua biaya pengobatan dan akan kembali pulang, Encer masih belum percaya diri saat keluar dari rumah sakit. Dia masih terlihat malu terhadap penampilan barunya itu. Masuklah pak Susu dan Encer ke dalam mobil mereka dan segera kembali menuju rumah. Di sepanjang perjalanan, Encer selalu dinasehati oleh pak Susu, “Makanya, mulai dari sekarang kurangi dan atur waktumu bermain HP! Jangan setiap waktu luang kamu buat main HP terus! Sekali-kali mainlah dengan teman-teman di lapangan, lebih menyehatkan dari pada main HP dan mengurung diri di dalam rumah Kental terus!” “Iya ya, Yah! Encer mulai sekarang berjanji akan mengurangi dan mengatur waktu bermain HP dan akan lebih sering bermain dengan teman-teman di lapangan.”, janji Encer dengan penuh rasa penyesalan
Demikian juga Kental, di sepanjang perjalanan pulang selalu dinasehati oleh bu Manis seperti nasihat pak Susu kepada Encer.
Setelah mereka sampai di rumah, mereka memutuskan akan tidur saja untuk mengistirahatkan mata mereka. Tapi sebelum tidur, pak Susu menyuruh Encer untuk makan terlebih dahulu karena 4 bulan belum makan. Dan setelah makan, Encer memutuskan istirahat sebentar lalu tidur. Encer berpikir Kental akan menunggunya untuk bermain dan Kental berpikir Encer akan datang mencarinya, mereka mengkhawatirkan hal itu. Tapi mereka berusaha untuk tidak memikirkan hal itu dan memilih tidur.
Keesokan harinya, mereka masih merasa malu untuk pergi ke sekolah dengan memakai kacamata. Tapi karena sekolah dan kacamata itu penting, mereka memaksakan diri untuk pergi ke sekolah, tapi kali ini mereka diantar.
Dan kebetulan, mereka sampai di sekolah pada waktu yang sama, dan keduanya terkejut karena mereka sama-sama memakai kacamata. Lalu mereka saling bertanya dan bercerita tentang kejadian yang dialami mereka. Dan setelah bercerita panjang kali lebar sama dengan luas, akhirnya mereka berjalan bersama menuju kelas.
Dan saat masuk kelas, seluruh anak di kelas kaget karena dua orang yang duduk bersebelahan memakai kacamata pada waktu ‘mulai’ yang sama. Seluruh anak di kelas heran dan bertanya kepada mereka berdua. Mereka lalu menjelaskan kejadian yang dialami mereka kemarin. Dan mereka juga menasehati agar tidak bermain HP terlalu lama. Dan juga mereka mengajak untuk bermain di lapangan nanti siang setelah pulang sekolah. Seluruh anak langsung setuju dan mereka berdua senang mendengar hal tersebut.
Siang harinya, tak lupa Encer makan siang terlebih dahulu agar tidak membuat pak Susu keheranan lagi. Dan mereka berdua berangkat menuju lapangan dan bermain permainan tradisional bersama. Memang bagi mereka mengalami sedikit kesulitan karena memakai kacamata, tapi mereka sadar ini adalah akibat dari perbuatan mereka dulu. Dan sekarang, mereka hanya menggunakan HP seperlunya saja. Sejak saat itu, kehidupan mereka berlanjut dengan seperti itu.










KOMENTAR
Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Demikianlah peribahasa yang tepat untuk HP yang biasa dipakai remaja-remaja yang kurang mengerti akan fungsi sebenarnya dari alat ini. Sebagian besar anak-anak Indonesia telah ‘keracunan’ dengan hal-hal semacam ini. Dampaknya adalah banyak anak zaman sekarang yang dikenal ‘alay’ mendominasi kehidupan remaja negeri ini. Tidak hanya remaja saja, bahkan sampai anak-anak SD yang seharusnya belum diperkenankan memakai alat ini dan masa-masa mereka yang sewajarnya digunakan untuk bersama lingkungan dan dunia anak-anak tergantikan dengan hal-hal yang ‘sedikit gunanya’ bagi mereka. Ada yang aneh dengan negeri ini, sebuah negara berkembang dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia yang jika dibandingkan dengan negara-negara maju, terlihat ‘terbalik’. Karena di negara-negara maju justru alat semacam ini hanya digunakan oleh orang-orang yang sudah ‘pantas’. Berbeda dengan negeri ini, seorang balita saja sudah diberi alat semacam ini oleh orang tua yang bangga dengan hal semacam ini. Sungguh miris, entah bagaimana perasaan Ibu Pertiwi melihat anak bangsa seperti ini. Masa depan yang seharusnya menjadi mimpi indah berubah menjadi mimpi buruk dengan kondisi ‘penerus bangsa’ yang ‘keracunan’ oleh hal-hal tadi. Entah bagaimana keadaan negeri ini nanti. Akankah hanya tetap seperti ini, atau lebih buruk lagi, atau bahkan akan menjadi negara maju? Semua di tangan ‘penerus bangsa’ ini.






Pati, 29 Mei 2018
Penulis


Lintang M.Z.

Posting Komentar

0 Komentar